PRAMDIA ARHANDO JULIANTO
Kompas.com - 13/09/2017, 15:24 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia ( Aprindo) memprediksi pertumbuhan industri ritel dalam negeri melambat seiring dengan adanya perubahan pola konsumen.
Hal ini terlihat dari data Aprindo yang menyebutkan tren pertumbuhan industri ritel terus menurun sejak tahun 2013 silam.
"Industri ritel saat ini ibarat kura-kura membawa beban, di tahun 2012-2013 itu pada puncaknya, nah sekarang di 2017 membawa beban," ujar Ketua Umum Aprindo Roy Nicholas Mandey saat konfrensi pers di Jakarta, Rabu (13/8/2017).
Roy menjelaskan, pada semester I 2017 industri ritel hanya mengalami pertumbuhan 3,7 persen sedangkan tahun sebelumnya masih di atas 10 persen.
Kendati demikian, Roy memprediksi, pertumbuhan industri ritel pada semester II 2017 tetap akan ada pertumbuhan meski alami perlambatan.
"Harapan kami (pertumbuhan) 8 hingga 9 persen, walaupun kenyataannya akan 6 persen-7 persen atau riil-nya sekitar 7,5 persen," paparnya.
Menurutnya, pertumbuhan industri ritel pada semester II tahun ini bisa didorong dengan terjaganya harga energi baik listrik maupun bahan bakar minyak, serta penurunan suku bunga Bank Indonesia, dan terjaganya iklim investasi yang positif.
"Secara utuh ritel ini masih ada pertumbuhan, tapi ada yang sudah lambat sekali," kata Roy.
Kendati demikian, lanjut Roy, para pelaku usaha ritel modern juga melakukan upaya agar pertumbuhan industri ritel terus terjaga, salah satunya dengan menyelenggarakan promosi maupun diskon belanja demi menarin minat konsumen.
http://ekonomi.kompas.com/read/2017/09/13/152426426/hingga-akhir-tahun-pertumbuhan-industri-ritel-diprediksi-melambat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar