Sabtu, 14 Juli 2012

Ministop, Minimarket Jepang, Serbu RI dengan Membuka 300 Gerai


Ministop, Minimarket Jepang, Serbu RI dengan Membuka 300 Gerai

Eben Ezer Siadari
Ministop
Ministop
Pasar Indonesia dijajah asing.
TOKYO, Jaringnews.com - Ministop.Co, operator minimarket asal Jepang mengumumkan akan menggarap pasar ritel Indonesia dengan membuka sedikitnya 300 gerai hingga Februari 2018 nanti. Gerai pertama diharapkan sudah akan beroperasi di Jakarta pada Februari 2013 nanti.

Ini merupakan salah satu langkah perusahaan tersebut untuk memasuki Indonesia yang dinilai mempunyai potensi permintaan pasar yang sangat menjanjikan dengan populasi serta pendapatannya yang terus bertumbuh. Indonesa merupakan negara ke lima di luar Jepang yang dimasuki oleh Ministop. Ministop sendiri adalah salah satu anak perusahaan raksasa ritel Jepang, Aeon Co.

Langkah memasuki pasar Indonesia ditempuh lewat kerjasama dengan PT Bahagia Niaga Lestari, sebuah unit ritel dibawah Udinda Co. Dalam kerjasama berbentuk sistem waralaba tersebut, PT Bahagia Niaga Lestari sebagai franchisee atau terwaralaba akan bertindak sebagai pembuka pintu dengan membuka gerai pertama di Jakarta. Gerai itu akan menggunakan format yang ditetapkan oleh Ministop dengan penyesuaian pada preferensi lokal.

Dari sudut pandang grup Aeon, langkah ini merupakan upaya mereka mencari sumber pertumbuhan pendapatan baru di luar Jepang. Dengan penduduk Jepang yang makin menyusut dan permintaan konsumen yang stagnan, sangat umum bagi perusahaan Jepang berekspansi ke luar negeri. Sebagaimana diberitakan oleh The Wall Street Journal, Aeon memperkirakan jumlah konsumen Asia berpendapatan sedang akan berlipat mencapai 2 miliar pada 2020 dan mereka yang bermukim di area perkotaan akan meningkat 400 juta menjadi 2,2 miliar dalam satu dekade ke depan.

Aeron telah mengoperasikan sekitar 2163 gerai di Korea Selatan, Filipina, Chin dan Vietnam per Juni 2012. Total gerai mereka di luar negeri kini melebihi jumlah yang ada di jepan, yakni 2.124.

Baru-baru ini minimarket asal Amerika Serikat, 7-Eleven, telah menjadi buah bibir dengan keberhasilannya menggarap Jakarta, sebagai minimarketnya anak-anak muda. Namun perlu dicatat, walau berasal dari AS, minimarket ini sejak tahun 2005 sudah dikuasai oleh Seven & I Holdings Co., sebuah perusahaan yang asalnya sama dengan Aeon, yakni  Jepang.
(Ben / Deb)http://jaringnews.com/internasional/asia/18725/ministop-minimarket-jepang-serbu-ri-dengan-membuka-gerai

Bandung siapkan Moratorium Mini Market


 
EKONOMI - MAKRO
Sabtu, 14 Juli 2012 , 16:49:00

BANDUNG - Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Perdagangan (Diskoperindag) Kota Bandung menyiapkan kebijakan moratorium izin minimarket. Ini dilakukan untuk mencegah semakin menjamurnya minimarket baru di wilayah tersebut.

"Kami akan mengajukan kebijakan moratorium itu kepada Pak Wali," kata kepala Diskoperindag Kota Bandung, Ema Sumarna.

Menurut Ema, sejak akhir tahun 2011 pihaknya hanya mengeluarkan izin dan sudah beroperasi sebanyak 513 minimarket di Kota Bandung. Sejak saat itu tidak ada minimarket yang dikeluarkan izinnya sampai sekarang. 

Ema mengakui, hingga kini belum ada pembatasan jumlah minimarket di satu kawasan.  Pembatasan hanya berdasarkan zonasi antar minimarket dengan pasar tradisional. "Mungkin kedepannya akan dibatasi dalam satu kawasan idealnya jumlah minimarket berapa. Apalagi sekarang banyak yang berdampingan antara satu minimarket dengan minimarket lainnya," papar Ema. 

Dengan banyaknya minimarket di satu kawasan pun diakui Ema akan menimbulkan kejenuhan dimata masyarakat. "Masyarakat pun bisa jenuh bila terlalu banyak minimarket, dengan begitu kami akan melakukan pembatasan," paparnya.

Berdasarkan pantauan di lapangan ternyata ada minimarket yang baru berdiri di Jalan Sindanglaya tak jauh dari pintu masuk Komplek Tamansari Bukit Bandung. Padahal di kawasan tersebut sejak dari depan Lapas Sukamiskin hingga Komplek tersebut sudah terdapat empat  minimarket yang berdiri.

Menanggapi hal ini, Ema mengaku akan perintahkan anak buahnya untuk mengecek, apakah itu pengajuan baru atau izin yang lama dan sudah keluar.

Menanggapi keinginan moratorium oleh Diskoperindag, Ketua Komisi A DPRD Kota Bandung Haru Suandharu menyambut baik mengenai hal itu. "Bagus kalau Diskoperindag memiliki rencana untuk melakukan penguatan pasar tradisional. Masalah minimarket baru yang akan di moratorium, saya sarankan dibuat analisis kebutuhan minimarket lalu dipetakan dimana yang boleh mana yang tidak. Jika sudah over kapasitas dan terbukti merugikan pasar tradisional saya setuju di moratorium," beber Haru ketika diminta tanggapannya, kemarin.

Disinggung langkah apa sebaiknya dalam pembatasan minimarket di Kota Bandung. Haru menuturkan, langkah pertama, pastikan bahwa minimarket yg beroperasi tanpa izin ditertibkan, kedua buat analisis potensi kebutuhan minimarket. “Kemudian, buat peta lokasi sesuai perda dua tahun 2009 dan perwal, lakukan analisis apakah masih diperlukan minimarket atau tidak, jika masih dimana dan berapa?. Jika sudah melebihi kebutuhan lakukan moratorium," beber Haru. (mur/fuz/jpnn)


http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=133803

Kamis, 12 Juli 2012

ASSORTMENT PLANNING





Ya memang dunia retail berkembang sangat dinamis, kadangkala pesaing bisa menjadi mitra di suatu saat, atau bahkan sebaliknya. Prinsipnya, pesaing jangan dimusnahkan, biarkan mereka hidup tapi hidup menderita hehehehehehehe….. karena tanpa pesaing, mustahil peritel bisa meng-klaim bahwa harga mereka termurah, product assortment mereka terlengkap, dll………..
Carrefour Express adalah untuk luas selling space <5000 m2 (maaf, kemarin saya tulis 500m2), jadi mungkin gak akan terlalu head-to-head dengan alfamart/indomaret/dll, Carrefour express sptnya akan berhadapan dengan “Giant” supermarket (bukan yg format hypermarketnya), Hero, dan sejenisnya……. Di Jakarta belum ada “Carrefour Express” (as far as I know), dan sesuai dengan komitment awal, Carrefour hanya mengakuisisi “Alfa Gudang Rabat” sedangkan “Alfamart” sih masih berpola seperti yang lama……..
Setau saya, “Makro Office” baru saja diluncurkan di area Makro Kelapa Gading (store #3), areanya terpisah dari toko utama, ada di depan toko utama / area parkir, isinya memang hanya furniture aja yang mayoritas produksi PT. Cahaya Sakti Multi Intraco (“Olympic” brand), mungkin itu yang dimaksud Bp. Dicky mengenai “Makro Office”? Correct me if I’m wrong J

Menurut saya, Carrefour merupakan peritel yang menerapkan assortment planning dengan konsep “Wide & Deep” dan strategi harganya “Everyday Low Price”….. Jangan pesimis dulu pak Ato, tidak selamanya peritel yang berada di hypermarket (misalnya: Carrefour) akan bangkrut……. Yang terpenting, prinsip ritel tradisional yang sering diterapkan oleh toko-toko kecil/warung milik pribadi harus dihadapi dengan prinsip ritel modern……. Tidak semuanya produk Carrefour lebih murah daripada toko/minimarket, dari 80.000 lebih jenis produk di Carrefour, saya rasa hanya 1% produk yang menerapkan harga kompetitif (khususnya untuk produk2 yang ‘price sensitif’), jadi mereka mengambil keuntungan lebih dari produk2 ownbrand/private label mereka, missal: Bluesky, Firstline, “1”, dll……….. namun memang Carrefour terkesan murah karena memang mereka menerapkan prinsip “EDLP” (=Everyday Low Price), setiap periode mereka menset harga termurah di pasaran untuk bbrp jenis produk secara bergiliran (bukan seluruh produknya, kecuali bila ada program yang bekerjasama dengan penerbit kartu kredit)……………
Banyak cara untuk menghadapi persaingan dengan peritel besar seperti Carrefour, terapkanlah prinsip “Wide & Shallow” atau “Narrow & Deep” untuk keragaman produk di toko2 kecil agar dapat melakukan ‘mix margin’……. Supaya terlihat menarik terapkan juga strategi harga “High-Low Pricing” atau “Combination Pricing”…… salah satu kelemahan peritel tradisional adalah seringkali menerapkan strategi “Market Pricing” pada seluruh produknya, jika modalnya Rp 10.000 maka sampai kiamat pun tuh produk tidak mungkin dijual < Rp 10.000 padahal bbrp supplier memberikan rebate untuk kuota pembelian tertentu……… Carrefour mengklasifikasikan produknya menjadi 2 jenis: “Profit Builder” (melalui barang2 ownbrand/non-price sensitive) dan “Volume Builder” (melalui penjualan barang2 “consumable products”) sehingga tentunya dengan kombinasi strategi spt itu mereka akan mendapatkan laba optimal……….

Dalam assortment planning (perencanaan keragaman produk), ada 4 jenis:

1. WIDE (Lebar) & DEEP (Dalam)
à Produk disediakan dalam semua kategori produk, setiap kategori produk tersedia dalam ukuran/merk/warna/price point secara lengkap
Keuntungan:
Pasarnya luas
Produk sangat beragam
Tingkat kunjungan konsumen tinggi
One-Stop Shopping
Konsumen Puas
Kerugian:
Persediaan tinggi
Produknya pasaran
Perputaran barang rendah
Banyak barang tidak laku
Contoh: Wal-Mart, Carrefour, Giant, Gramedia


2. WIDE (Lebar) & SHALLOW (Dangkal)
à Produk disediakan dalam semua kategori produk, namun setiap kategori produk tersedia hanya dalam ukuran/merk/warna/price point tertentu
Keuntungan:
Pasarnya luas
Suasana Toko nyaman
Tingkat kunjungan konsumen tinggi
One-Stop Shopping
Biaya operasional rendah
Kerugian:
Produk tidak beragam
Kesan toko rendah
Perputaran barang rendah
Banyak barang tidak laku
Contoh: Valu$, Matahari, Ramayana, Sogo, Seibu


3. NARROW (Sempit) & DEEP (Dalam)
à Produk disediakan dalam kategori produk tertentu saja, setiap kategori produk tersedia dalam ukuran/merk/warna/price point secara lengkap
Keuntungan:
Kesan toko sangat tinggi
Layanan pribadi
Konsumen loyal/setia
Produknya eksklusif
Kerugian:
Tingkat kunjungan konsumen rendah
Dipengaruhi oleh musim
Contoh:
Sogo, Electronic City, Ace Hardware, RodaLink, Makro, PaperClip


4. NARROW (Sempit) & SHALLOW (Dangkal)
à Produk disediakan dalam kategori produk tertentu saja dan setiap kategori produk tersedia dalam ukuran/merk/warna/price point tertentu
Keuntungan:
Suasanan toko nyaman
Biaya operasional rendah
Perputaran barang cepat
Kerugian:
Kesan toko rendah
Tingkat kunjungan konsumen rendah
Ukuran toko kecil
Contoh:
Giordano, M2000, U2
Sedangkan untuk pricing strategy, ada 7 macam, yaitu:
Competitive / Market Pricing (Market Level), contoh: Pasar Induk
High-Low Pricing (Promotional Item), contoh: Ramayana Dept. Store
Sales Oriented / Volume Pricing (Warehouse Store), contoh: Makro
Everyday Low Price (Lower Cost), contoh: Carrefour, Hypermart, Giant
Demand / Premium / Added Value Pricing (Customer Perceive), contoh: Sogo, Seibu
Cost Plus / Margin Pricing (Cost + Profit Margin), contoh: Pasar Tradisional/warung
Combination Pricing (Market Pricing - High-Low Pricing), contoh: Matahari Dept. Store


Informasi tsb di atas saya kumpulkan dari bbrp jurnal/textbook/majalah dan pengamatan actual terhadap kondisi ritel di Indonesia, correct me if I’m wrong…. J
Salam Retail!
Elkana

Ramadan, Pasokan Sembako ke Bantul Dijamin Aman




BANTUL–Pasokan sembako di Bantul menjelang Ramadan dinilai masih aman.
Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Bantul, Sulistyanta mengatakan, ketersediaan sembako masih tercukupi hingga Desember nanti.
“Masyarakat tidak perlu khawatir. Tapi ada beberapa harga sembako yang naik,” ujarnya saat ditemui di kantornya, Kamis (5/7).
Harga telur saat ini naik dari Rp15.000 menjadi Rp15.500 per kilogram. Harga gula SHS (gula putih) juga naik dari Rp11.500 menjadi Rp12.700 per kilogram sementara gula Madukismo dari Rp12.000 menjadi Rp12.500 per kilogram.
Harga sayuran cenderung stabil kecuali harga cabai merah yang naik dari Rp14.000 menjadi Rp16.000 per kilogram.
“Kenaikan ini karena permintaan yang meningkat,” ujar Sulistyanta.
Ia menambahkan, harga beras masih saat ini cenderung stabil. Beras IR36 masih dijual seharga Rp6.500, beras Cisadane Rp7.000 dan beras Jawa Rp8.000. (ali)

PASAR RETAIL: China Salip AS Sebagai Pasar Ritel Terbesar Dunia





LONDON -
 China kini menyalip AS sebagai negara pasar penjualan eceran terbesar di dunia. Sejumlah negara dengan potensi perekonomian besar seperti Rusia, Brazil dan India juga menunjukkan kecenderungan serupa dan diprediksi bakal segera menyalip Eropa.
Berdasarkan kajian pasar retail oleh lembaga riset pasar IGD yang dikutip Daily Mail, belanja ritel harian di China saat ini meningkat sekitar 11 persen per tahun dan mencapai angka Rp8.849 triliun pada 2011. Sebaliknya angka konsumsi AS menurun sekitar 4 persen per tahun dan pada 2011 tercatat mencapai Rp8.339 triliun. Berdasarkan tingkat pertumbuhan rata-rata, pasar ritel China diprediksi bakal berkembang menjadi Rp13.384 triliun pada 2015, sementara AS hanya menjadi Rp9.841 triliun.
Riset yang dilakukan IGD mencakup kajian mengenai pola konsumsi belanja harian seperti di pasar swalayan, pasar tradisional, toko busana dan obat-obatan. Kajian ini tidak mencakup belanja barang mewah atau belanja bernilai besar seperti mobil atau rumah.
Jepang yang saat ini menjadi pasar ritel terbesar ketiga juga bakal segera disalip oleh Brazil, Rusia dan India, yang bersama China saat ini menjadi negara kekuatan ekonomi baru yang disebut BRIC.
Pemimpin eksekutif IGD, Joanne Denney-Finch menyatakan posisi China dikatrol oleh pertumbuhan pasar sayur mayur yang menurut dia fenomenal. “Antara 2006 dan 2015, pasar sayur mayur China diperkirakan meningkat tiga kali lipat. Peningkatan pesat ini dipicu oleh tiga faktor utama: pertumbuhan ekonomi yang tinggi, populasi dan meningkatnya inflasi makanan,” katanya.
Pada 2025 China diprediksi bakal memiliki lebih dari 200 kota yang jumlah penduduknya mencapai 1 juta jiwa atau lebih.



Minggu, 08 Juli 2012

LOD Desak Pemkab Sleman Tindak Toko Modern



SLEMAN (KRjogja.com) - Lembaga Ombudsman Daerah (LOD) DIY melaporkan maraknya toko modern di sekitar Pasar Godean kepada Wakil Bupati Sleman, Yuni Satia Rahayu SS MHum di Pemkab Sleman, Jumat (6/7). Laporan ini disampaikan karena jarak antara toko modern dan Pasar Godean hanya sekitar 30 hingga 40 meter saja.
“Untuk menindaklanjuti permasalahan ini Lembaga Ombudsman Daerah melakukan audiensi dengan Pemkab Sleman,” ujar Ketua LOD DIY, Ratna Mustika Sari SIP disela-sela audiensi dengan wakil bupati, Jumat (6/7).
Sementara Wakil Bupati Yuni Satia Rahayu mengatakan, hingga kini telah dilakukan koordinasi antara Disperindagkop, Dinas Pasar, Satpol PP dengan pedagang pasar tradisional serta pengusaha toko modern. "Saat ini tengah diupayakan revisi Perbup No 13 Tahun 2010 yang mengatur pasar modern untuk mengklasifikasikan toko modern, toko berjejaring nasional dan bagaimana jarak yang mengatur toko modern tersebut dengan pasar tradisional," kata Yuni.
Pengaturan jarak antara pasar tradisional dengan toko modern ini diatur dengan tujuan melindungi perekonomian masyarakat tanpa mematikan pengusaha pasar modern. Untuk itu telah diberlakukan SK Dispensasi pada akhir tahun 2011 yang lalu yang mengatur dispensasi bagi 91 toko modern yang telah mengajukan izin pendirian toko modern sebelum adanya Perbub tersebut.
“Sedangkan 82 toko modern yang lain belum mendapat ijin dikarenakan jarak yang terlalu dekat dengan pasar tradisional,” tambahnya. (Usa)

(Indonesia) Menjelang Ramadhan, Permintaan CPO Naik

http://www.bumn.go.id/ptpn6/publikasi/berita/indonesia-menjelang-ramadhan-permintaan-cpo-naik/



JAKARTA. Bulan Juli ini diperkirakan menjadi puncak penjualan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO). Lonjakan ekspor maupun permintaan CPO dalam negeri berkaitan dengan akan datangnya bulan Ramadhan pada Agustus mendatang.
Proyeksi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menunjukkan, ekspor CPO pada Juli ini akan mencapai sekitar 1,5 juta ton. Jumlah itu naik 9,5% dibandingkan bulan biasa yang rata-rata 1,37 juta ton. “Seperti pengalaman tahun-tahun sebelumnya, setiap mendekati Ramadhan terjadi peningkatan permintaan CPO,” kata Susanto, Kepala Bidang Pemasaran GAPKI, akhir pekan lalu.
Menurut Susanto, peningkatan volume ekspor CPO sudah terlihat sejak Juni 2012. Pada bulan tersebut, ekspor CPO mencapai sekitar 1,4 juta ton-1,45 juta ton. Peningkatan permintaan ekspor terutama terjadi di negara dengan populasi penduduk muslim besar, seperti India, Bangladesh, dan negara kawasan Timur Tengah lain.
Permintaan meningkat karena selama bulan Ramadhan, kebutuhan produk makanan mengalami peningkatan. CPO menjadi salah satu bahan baku utama minyak nabati yang banyak diperlukan oleh industri makanan.
Lonjakan permintaan CPO tidak hanya di pasar ekspor. Di dalam negeri, penjualan CPO juga mengalami peningkatan. Sahat Sinaga, Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) bilang, permintaan CPO domestik akan mengalami peningkatan 5%-7% pada Juli ini. “Peningkatan akan terjadi akhir Juli,” ujarnya.
Sahat memperkirakan, pada akhir Juli 2012, permintaan CPO dalam negeri akan mencapai 556.400 ton, naik dibandingkan bulan biasa yang sekitar 520.000 ton. Di pasar domestik, CPO paling banyak dipakai untuk bahan baku industri minyak goreng mencapai 320.000 ton. Sedangkan sebagian lain untuk bahan baku biodisel dan pangan.