Ilustrasi |
YOGYA (KRjogja.com) - Peredaran atau penjualan minyak goreng curah di sejumlah pasar tradisonal atau warung-warung masih cukup tinggi setidaknya 50 persen hampir sama dengan peredaran minyak kemasan yang lebih hiegienis. Untuk itu, perlu kesadaran dari semua pihak baik produsen maupun konsumen agar DIY pada tahun 2015 mendatang bebas dari peredaran minyak goreng curah.
Demikian disampaikan Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM (Disperindagkop) DIY, Riyadi Ida Bagus Salyo Subali kepada KRjogja.com, Senin (10/3/2014) petang. Secara nasional, pemerintah telah menargetkan tahun mendatang Indonesia bebas dari minyak goreng curah dalam rangka melindungi konsumen.
"Upaya ini telah lama digulirkan baik di tingkat pusat maupun daerah untuk melindungi konsumen dalam kaitannya dengan keamanan, kesrhatan dan keselamatan. Salah satu yang nyata dilakukan pada saat digelarnya Operasi Pasar (OP) maupun pasar murah sudah tidak dijual minyak goreng curah tetapi sudah minyak goreng kemasan," tutur Riyadi.
Riyadi menyampaikan selama ini minyak goreng curah masih banyak ditemui di masyarakat, padahal harganya tidak terpaut jauh dengan minyak goreng kemasan. Dari sisi kualitas, minyak goreng curah sangat diragukan keamanannya mengingat proses dan distribusinya masih belum memenuhi standar kesehatan. Dilihat dari penggunanya, minyak goreng curah ini rata-rata digunakan warung-warung kecil, sedangkan restoran besar mayoritas menggunakan minyak kemasan karena terkait status halal.
"Pelaku kuliner pasti ingin mendapatkan sertifikat halal maka sudah sejak dulu mereka diarahkan menggunakan minyak goreng kemasan. Memang sulit membedakan makanan yang diolah menggunakan minyak goreng curah atau bukan, bahkan masyarakat kebanyakan tidak tahu tugas kita disinilah mengawal dan mengarahkan ke minyak goreng kemasan," ungkapnya. (*-24)
http://krjogja.com/read/207896/2015-diy-optimis-bebas-minyak-goreng-curah.kr
Tidak ada komentar:
Posting Komentar