Pertumbuhan ritel dunia 2017 di antaranya dari negara berkembang Asia.
|
Belanja di Supermarket |
Siti Nuraisyah Dewi
Selasa, 18 Maret 2014 | 16:37 WIB
VIVAnews - Mengembangkan bisnis supermarket di negara-negara berkembang Asia tampaknya menjadi ide yang terbaik.
Dikutip dari Forbes, Kamis 13 Maret 2014, pasar negara berkembang memang menyenangkan pemilik bisnis supermarket, karena banyaknya jumlah penduduk, dan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang sehat.
Selain itu, meningkatnya kelas menengah dan penduduk yang banyak memilih bermigrasi ke kota-kota, mendukung distribusi dan perdagangan modern.
Bain & Company memperkirakan 30 persen pertumbuhan ritel dunia pada 2017 berasal dari negara-negara berkembang di Asia.
Namun, melihat pertumbuhan yang kuat dan prospek cerah untuk pasar negara-negara berkembang Asia, mengapa beberapa supermarket justru gulung tikar?
Meskipun secara makro, negara-negara emerging market menyilaukan, tetapi ada beberapa kendala yang membuatnya menjadi rumit.
Selain harus bersaing ketat dan lingkungan yang terfragmentasi, peritel juga dihadapkan dengan kondisi infrastruktur yang sangat berbeda-beda. Mereka juga harus bergulat dengan tantangan khusus seperti kurang berkembangnya infrastruktur di India, masalah lalu lintas perkotaan besar di China, serta regulasi dan proteksi di Indonesia. Perusahaan harus mampu melakukan penyesuaian.
Bagaimana untuk bisa menang? Forbes meneliti beberapa supermarket di Asia dan mengidentifikasi beberapa aturan yang mereka terapkan, agar bisa mendapatkan keuntungan yang cukup besar. Berikut aturannya.
1. Membangun produksi dan fokus pada pengembangan lokal.
Tumbuh dalam satu klaster geografis yang sama memungkinkan perusahaan mempertahankan harga murah dan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Contohnya, supermarket yang berbasis di Mumbai, D-Mart yang bisa tumbuh melampui pesaingnya dengan pertumbuhan bisnis 56 persen.
D-Mart lebih memfokuskan ekspansi di India Barat, sehingga membantu biaya transportasi untuk distribusi barang. Perusahaan lebih memilih untuk membangun toko di daerah yang padat penduduk, dibandingkan membayar sewa yang tinggi di pusat perbelanjaan.
Supermarket ini melakukan ekspansi dengan menggunakan tabungannya. Strategi lain, supermarket ini menerapkan harga 6 persen hingga 7 persen lebih rendah dari pesaing. Pangsa pasar lokal relatif lebih tinggi, sehingga D-Mart mampu membukukan pendapatan per toko jauh di atas pesaingnya.
2. Mempelajari pasar dengan utuh sebelum bersaing.
Tren yang saat ini sedang berkembang adalah pedagang di seluruh dunia akan berusaha mencari cara untuk membuat terobosan ke toko online.
Website e-commerce asal China, Yihaodian tumbuh 27 persen pada 2012. Kondisi ini menunjukkan potensi toko online semakin besar. Yihaodian menggunakan tim digitalnya untuk mempelajari apa yang disukai konsumen dan apa yang tidak. Misalnya, mereka menyediakan merchandise di media sosial.
3. Menyediakan makanan siap saji dan produk lokal.
Lihatlah Hero Supermarket yang ada di Indonesia. Mereka menyediakan makanan yang baru saja diolah, ini membedakannya dengan supermarket pesaing. Harga makanan tetap dipertahankan rendah. Supermarket ini juga mempertahankan pusat distribusi. Hero Supermarket juga bisa dibuat lebih kecil menyesuaikan dengan lokasi.
Pada 2011, margin usaha Hero meningkat 5 persen, dua kali lipat dibanding 2008. Selama 2007 hingga 2012, pendapatan Hero meningkat 34 persen.
4. Membentuk persepsi harga rendah melalui seringnya promosi dan harga barang yang terpampang di rak seolah-olah rendah.
Konsumen di negara-negara berkembang Asia cenderung sangat sensitif dengan harga. Untuk mendapatkan perbedaan harga dengan pesaing, supermarket biasanya akan menawar diskon yang diberikan produsen karena mereka membeli grosir. Selain itu, mereka menego produsen untuk menjual produk mereka lebih murah dari yang tertera di kemasan.
Misalnya, salah satu supermarket di Vietnam, Big C, anak usaha dari Groupe Casino asal Prancis. Supermarket ini dengan gigih akan melakukan negosiasi dengan produsen untuk memberikan diskon.
Selain itu, mereka menawarkan harga 5 hingga 10 persen kurang dari harga yang dicetak di kemasan kepada konsumen. Supermarket ini juga sering memberikan diskon promosi hingga 35 persen.
Saat ini, Big C mendominasi supermarket di Vietnam. Selama 2007 hingga 2011, pendapatan Big C tumbuh 44 persen.
5. Miliki ciri khas sendiri, berbeda dengan inovasi-inovasi segar.
Bukan rahasia lagi jika perusahaan ritel di negara-negara berkembang Asia kekurangan manajer yang mampu berinovasi dan membawa supermarket membukukan keuntungan yang besar.
Big C, supermarket di Vietnam, telah bermitra dengan 30 pelatihan dan lembaga pendidikan, baik di dalam maupun luar negeri. Selain itu, mendidik anak-anak muda untuk berkarier di bidang manajemen ritel supermarket, dan menawarkan beasiswa serta pekerjaan kepada siswa yang memenuhi syarat.
Pasar ritel di negara-negara berkembang Asia diperkirakan lebih besar dibandingkan Eropa Barat dan Amerika Utara pada 2017, dengan perusahaan lokal dan multinasional yang bersaing agresif.
Perusahaan multinasional yang berambisi untuk mendapatkan ceruk pasar lebih besar dengan rekam jejak mereka di negara yang berbeda, belum tentu berhasil. Perusahaan domestik yang lebih menguasai karakteristik pasar lebih berpeluang untuk menang.
Tetapi, perusahaan multinasional juga bisa memenangkan persaingan dengan mengikuti aturan ini. Forbes telah melakukan penelitian dan mengidentifikasi aturan tersebut.
1. Pangsa pasar lokal akan memberikan penjualan lebih tinggi dengan biaya yang lebih rendah.
2. Daerah perdagangan dengan basis pendapatan besar dan persaingan yang rendah akan memberikan kontribusi penjualan tinggi.
3. Hanya konsep menghemat dan menekan biaya yang akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
4. Strategi omnichannel di awal akan memperkuat daya saing.
5. Tawaran produk lokal dan makanan segar akan meningkatkan belanja konsumen.
6. Membangun persepsi harga rendah dengan sering berpromosi atau memasang harga seolah-olah murah.
7. Lokasi supermarket di tempat strategis.
8. Kemampuan mencari tempat strategis dengan harga yang wajar.
9. Menempatkan manajer toko dan pembeli untuk meningkatkan penjualan.
Sebagai tambahan, Forbes juga mengidentifikasi tiga pertimbangan keberhasilan bisnis supermarket di negara berkembang Asia, yakni:
1. Memilih format tempat supermarket berdasarkan konsentrasi populasi suatu negara, infrastruktur transportasi, dan peraturan terkait ritel.
2. Tumbuh pada kecepatan yang ditentukan oleh penetrasi pasar modern, kematangan pasar, dan tingkat kejenuhan.
3. Ekspansi usaha yang akan dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat urbanisasi penduduk, potensi yang ada, pengembangan jaringan ritel, dan peraturan yang ada.
http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/488391-tantangan-bisnis-supermarket-di-pasar-negara-berkembang