Ya memang dunia
retail berkembang sangat dinamis, kadangkala pesaing bisa menjadi mitra di
suatu saat, atau bahkan sebaliknya. Prinsipnya, pesaing jangan dimusnahkan,
biarkan mereka hidup tapi hidup menderita hehehehehehehe….. karena tanpa
pesaing, mustahil peritel bisa meng-klaim bahwa harga mereka termurah, product
assortment mereka terlengkap, dll………..
Carrefour Express
adalah untuk luas selling space <5000 m2 (maaf, kemarin saya tulis 500m2),
jadi mungkin gak akan terlalu head-to-head dengan alfamart/indomaret/dll,
Carrefour express sptnya akan berhadapan dengan “Giant” supermarket (bukan yg
format hypermarketnya), Hero, dan sejenisnya……. Di Jakarta belum ada “Carrefour
Express” (as far as I know), dan sesuai dengan komitment awal, Carrefour hanya
mengakuisisi “Alfa Gudang Rabat” sedangkan “Alfamart” sih masih berpola seperti
yang lama……..
Setau saya,
“Makro Office” baru saja diluncurkan di area Makro Kelapa Gading (store #3),
areanya terpisah dari toko utama, ada di depan toko utama / area parkir, isinya
memang hanya furniture aja yang mayoritas produksi PT. Cahaya Sakti Multi
Intraco (“Olympic” brand), mungkin itu yang dimaksud Bp. Dicky mengenai “Makro
Office”? Correct me if I’m wrong J
Menurut saya, Carrefour merupakan peritel yang menerapkan
assortment planning dengan konsep “Wide & Deep” dan strategi harganya
“Everyday Low Price”….. Jangan
pesimis dulu pak Ato, tidak selamanya peritel yang berada di hypermarket
(misalnya: Carrefour) akan bangkrut……. Yang terpenting, prinsip ritel
tradisional yang sering diterapkan oleh toko-toko kecil/warung milik pribadi
harus dihadapi dengan prinsip ritel modern……. Tidak semuanya produk Carrefour
lebih murah daripada toko/minimarket, dari 80.000 lebih jenis produk di
Carrefour, saya rasa hanya 1% produk yang menerapkan harga kompetitif
(khususnya untuk produk2 yang ‘price sensitif’), jadi mereka mengambil
keuntungan lebih dari produk2 ownbrand/private label mereka, missal: Bluesky,
Firstline, “1”, dll……….. namun memang Carrefour terkesan murah karena memang
mereka menerapkan prinsip “EDLP” (=Everyday Low Price), setiap periode mereka
menset harga termurah di pasaran untuk bbrp jenis produk secara bergiliran
(bukan seluruh produknya, kecuali bila ada program yang bekerjasama dengan
penerbit kartu kredit)……………
Banyak cara untuk
menghadapi persaingan dengan peritel besar seperti Carrefour, terapkanlah
prinsip “Wide & Shallow” atau “Narrow & Deep” untuk keragaman produk di
toko2 kecil agar dapat melakukan ‘mix margin’……. Supaya terlihat menarik terapkan
juga strategi harga “High-Low Pricing” atau “Combination Pricing”…… salah satu
kelemahan peritel tradisional adalah seringkali menerapkan strategi “Market
Pricing” pada seluruh produknya, jika modalnya Rp 10.000 maka sampai kiamat pun
tuh produk tidak mungkin dijual < Rp 10.000 padahal bbrp supplier memberikan
rebate untuk kuota pembelian tertentu……… Carrefour mengklasifikasikan produknya
menjadi 2 jenis: “Profit Builder” (melalui barang2 ownbrand/non-price
sensitive) dan “Volume Builder” (melalui penjualan barang2 “consumable
products”) sehingga tentunya dengan kombinasi strategi spt itu mereka akan
mendapatkan laba optimal……….
Dalam
assortment planning (perencanaan keragaman produk), ada 4 jenis:
1. WIDE (Lebar) & DEEP (Dalam)
à Produk
disediakan dalam semua kategori produk, setiap kategori produk tersedia dalam
ukuran/merk/warna/price point secara lengkap
Keuntungan:
• Pasarnya luas
• Produk sangat beragam
• Tingkat kunjungan konsumen tinggi
• One-Stop Shopping
• Konsumen Puas
Kerugian:
• Persediaan tinggi
• Produknya pasaran
• Perputaran barang rendah
• Banyak barang tidak laku
Contoh:
Wal-Mart,
Carrefour, Giant, Gramedia
2. WIDE (Lebar) & SHALLOW (Dangkal)
à Produk disediakan dalam semua
kategori produk, namun setiap kategori produk tersedia hanya dalam
ukuran/merk/warna/price point tertentu
Keuntungan:
• Pasarnya luas
• Suasana Toko nyaman
• Tingkat kunjungan konsumen tinggi
• One-Stop Shopping
• Biaya operasional rendah
Kerugian:
• Produk tidak beragam
• Kesan toko rendah
• Perputaran barang rendah
• Banyak barang tidak laku
Contoh: Valu$, Matahari, Ramayana, Sogo, Seibu
3. NARROW (Sempit) & DEEP (Dalam)
à Produk
disediakan dalam kategori produk tertentu saja, setiap kategori produk tersedia
dalam ukuran/merk/warna/price point secara lengkap
Keuntungan:
• Kesan toko sangat tinggi
• Layanan pribadi
• Konsumen loyal/setia
• Produknya eksklusif
Kerugian:
• Tingkat kunjungan konsumen rendah
• Dipengaruhi oleh musim
Contoh:
• Sogo, Electronic City, Ace
Hardware, RodaLink, Makro, PaperClip
4. NARROW (Sempit) & SHALLOW (Dangkal)
à Produk disediakan dalam
kategori produk tertentu saja dan setiap kategori produk tersedia dalam
ukuran/merk/warna/price point tertentu
Keuntungan:
• Suasanan toko nyaman
• Biaya operasional rendah
• Perputaran barang cepat
Kerugian:
• Kesan toko rendah
• Tingkat kunjungan konsumen rendah
• Ukuran toko kecil
Contoh:
• Giordano, M2000, U2
Sedangkan
untuk pricing strategy, ada 7 macam, yaitu:
• Competitive
/ Market Pricing (Market
Level),
contoh: Pasar Induk
• High-Low
Pricing (Promotional Item), contoh: Ramayana Dept. Store
• Sales
Oriented / Volume Pricing (Warehouse Store), contoh: Makro
• Everyday
Low Price (Lower Cost), contoh: Carrefour, Hypermart,
Giant
• Demand
/ Premium / Added Value Pricing (Customer Perceive), contoh: Sogo, Seibu
• Cost
Plus / Margin Pricing (Cost + Profit Margin), contoh: Pasar
Tradisional/warung
• Combination
Pricing (Market Pricing - High-Low Pricing), contoh: Matahari Dept. Store
Informasi tsb di atas saya kumpulkan dari bbrp jurnal/textbook/majalah dan pengamatan actual terhadap kondisi ritel di Indonesia, correct me if I’m wrong…. J
Salam
Retail!
Elkana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar