Kenaikan harga BBM dan melemahnya nilai rupiah terhadap
dolar AS berdampak terhadap kinerja industri fast moving consumer goods
(FMCG). Apalagi hal ini diikuti pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini
diperkirakan hanya menyentuh 5,7% dan di bawah target 6%, akan berdampak
terhadap seluruh industri. Salah satunya adalah industri FMCG.
Berdasarkan survei yang dilakukan perusahaan riset Kantar
Worldpanel terhadap 7 ribu rumah tangga untuk 70 kategori produk FMCG (produk
makanan ataupun non-makanan) setiap minggu di Indonesia, tentang tren perilaku
konsumen Indonesia, ternyata ada empat tipe loyalitas pelanggan di Indonesia,
yakni 100% Loyals, Shifting Loyals (loyalitas di antara dua pilihan merek),
Split Loyals, dan Switcher (yang suka gonta-ganti merek).
“Sebanyak 49,8% konsumen Indonesia masuk ke dalam golongan
Split Loyal. Sisanya tipe Loyals (20,7%), Shifting Loyals (18,2%) dan Switchers
(11,3%),” kata Andrew Foster, Expert Service Director, Regional
Centre of Excellence Kantar WorldPanel Asia.
Untuk produk mie instan misalnya, tipe pelanggan Split
Loyals justru mendominasi, dengan angka 76,1%, sedangkan Switchers 19,4%,
Shifting Loyals 2,5%, dan 100% loyals hanya 2,1%. Begitu juga untuk kategori
kopi instan, tipe Split Loyals dan Switchers sangat mendominasi. Split Loyals
mencapai 50,2% dan Switchers mencapai 44,9%. Sisanya, Shifting Loyals 3% dan
100% Loyals yang hanya 1,9%.
Sedangkan untuk kategori susu bubuk pertumbuhan, 100% Loyals
mencapai 39,6%, Split Loyals mencapai 35,9%, dan Shifting Loyals sekitar
23,6%. Angka tersebut berbeda dengan kategori susu kental, yang justru
jumlah Split Loyals-nya mencapai 50,8%. Sedangkan untuk katagori laundry
detergent, pelanggan terbanyak datang dari mereka yang Split Loyals, mencapai
70%, begitu juga untuk katagori pasta gigi, Split Loyals mencapai 47,6%, dan
100% Loyals mencapai 31,6%, dan Shifting Loyals mencapai 20,5%.
Diakui Fabrice Carrasco, Managing Director
Indonesia-Vietnam-Philippines Kantar WorldPanel (KWP), sebagian besar
masyarakat Indonesia memiliki perilaku konsumtif dan menyukai barang-barang
baru. Bahkan rela untuk menghabiskan sebagian pendapatan mereka untuk membeli
produk baru yang sedang tren. “Di negara lain hanya ditopang kinerja ekspor
maupun belanja pemerintah namun di Indonesia pada konsumsi domestik. Saya
menyarankan pemerintah terus menjaga pertumbuhan konsumsi agar tidak mengalami
penurunan,” tambahnya.
Lim Soon Lee, GM Kantar Worldpanel Indonesia,
menambahkan kenaikan harga BBM beberapa waktu lalu membuat beban
pengeluaran rumah tangga di Indonesia menjadi bertambah. Hal ini memberikan
pengaruh terhadap pembelanjaan mereka pada produk-produk FMCG seperti makanan,
minuman, perawatan tubuh, dan perawatan rumah tangga. Namun konsumsi domestik
tidak anjlok pertumbuhannya karena pemerintah sudah memberikan program
kompensasi. Tapi, kenyataannya, konsumen Indonesia hampir selalu bisa
beradaptasi dalam keadaan sulit. “Beberapa brand baru produk FMCG justru
mengalami kenaikan yang signifikan setelah pertama kali dilaunching di
pasaran,” ujar Soon Lee.
Menurut Nadya Ardianti, Account Director Kantar Worldpanel
Indonesia, di tengah ramainya perusahaan-perusahaan FMCG menawarkan produk
dengan ukuran kecil (sachet), produk kemasan besar menawarkan potensi yang
besar dalam meningkatkan tingkat konsumsi konsumen Indonesia. Produk dalam
kemasan sachet memang belum bisa digantikan peranannya, khususnya dalam menarik
konsumen baru agar mencoba suatu brand. Namun, para pelaku bisnis FMCG mau
tidak mau harus keluar dari bayang-bayang kemasan sachet untuk dapat
meningkatkan tingkat konsumsi dari konsumen di Indonesia. (EVA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar