Minggu, 15 Desember 2013

Survei Kantar Worldpanel: 49,8% Konsumen Split Loyal terhadap Produk FMCG

Posted on December 6, 2013 by Darandono


Kenaikan harga BBM dan melemahnya nilai rupiah terhadap dolar AS berdampak terhadap kinerja industri  fast moving consumer goods (FMCG). Apalagi hal ini diikuti pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini diperkirakan hanya menyentuh 5,7% dan di bawah target 6%, akan berdampak terhadap seluruh industri. Salah satunya adalah industri FMCG.

Berdasarkan survei yang dilakukan perusahaan riset Kantar Worldpanel terhadap 7 ribu rumah tangga untuk 70 kategori produk FMCG (produk makanan ataupun non-makanan) setiap minggu di Indonesia, tentang tren perilaku konsumen Indonesia, ternyata ada empat tipe loyalitas pelanggan di Indonesia, yakni 100% Loyals, Shifting Loyals (loyalitas di antara dua pilihan merek), Split Loyals, dan Switcher (yang suka gonta-ganti merek).
“Sebanyak 49,8% konsumen Indonesia masuk ke dalam golongan Split Loyal. Sisanya tipe Loyals (20,7%), Shifting Loyals (18,2%) dan Switchers (11,3%),” kata  Andrew Foster,  Expert Service Director, Regional Centre of Excellence Kantar WorldPanel Asia.
Untuk produk mie instan  misalnya, tipe pelanggan Split Loyals justru mendominasi, dengan angka 76,1%, sedangkan  Switchers 19,4%, Shifting Loyals 2,5%, dan 100% loyals hanya 2,1%. Begitu juga untuk kategori kopi instan, tipe Split Loyals dan Switchers sangat mendominasi. Split Loyals mencapai 50,2% dan Switchers mencapai 44,9%. Sisanya, Shifting Loyals 3% dan 100% Loyals yang hanya 1,9%.
Sedangkan untuk kategori susu bubuk pertumbuhan, 100% Loyals mencapai 39,6%,  Split Loyals mencapai 35,9%, dan Shifting Loyals sekitar  23,6%. Angka tersebut berbeda dengan kategori susu kental, yang justru jumlah Split Loyals-nya mencapai 50,8%. Sedangkan untuk katagori laundry detergent, pelanggan terbanyak datang dari mereka yang Split Loyals, mencapai 70%, begitu juga untuk katagori pasta gigi, Split Loyals mencapai 47,6%, dan 100% Loyals mencapai 31,6%, dan Shifting Loyals mencapai 20,5%.
Diakui Fabrice Carrasco, Managing Director Indonesia-Vietnam-Philippines Kantar WorldPanel (KWP), sebagian besar masyarakat Indonesia memiliki perilaku konsumtif dan menyukai barang-barang baru. Bahkan rela untuk menghabiskan sebagian pendapatan mereka untuk membeli produk baru yang sedang tren. “Di negara lain hanya ditopang kinerja ekspor maupun belanja pemerintah namun di Indonesia pada konsumsi domestik. Saya menyarankan pemerintah terus menjaga pertumbuhan konsumsi agar tidak mengalami penurunan,” tambahnya.
Lim Soon Lee, GM Kantar Worldpanel Indonesia,  menambahkan kenaikan harga BBM beberapa waktu lalu membuat beban pengeluaran rumah tangga di Indonesia menjadi bertambah. Hal ini memberikan pengaruh terhadap pembelanjaan mereka pada produk-produk FMCG seperti makanan, minuman, perawatan tubuh, dan perawatan rumah tangga. Namun konsumsi domestik tidak anjlok pertumbuhannya karena pemerintah sudah memberikan program kompensasi. Tapi, kenyataannya, konsumen Indonesia hampir selalu bisa beradaptasi dalam keadaan sulit. “Beberapa brand baru produk FMCG justru mengalami kenaikan yang signifikan setelah pertama kali dilaunching di pasaran,” ujar Soon Lee.
Menurut Nadya Ardianti, Account Director Kantar Worldpanel Indonesia, di tengah ramainya perusahaan-perusahaan FMCG menawarkan produk dengan ukuran kecil (sachet), produk kemasan besar menawarkan potensi yang besar dalam meningkatkan tingkat konsumsi konsumen Indonesia. Produk dalam kemasan sachet memang belum bisa digantikan peranannya, khususnya dalam menarik konsumen baru agar mencoba suatu brand. Namun, para pelaku bisnis FMCG mau tidak mau harus keluar dari bayang-bayang kemasan sachet untuk dapat meningkatkan tingkat konsumsi dari konsumen di Indonesia. (EVA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar