Penurunan daya beli masyarakat saat ini bagi retailer harus diperlakukan sebagai satu peluang untuk dapat memenangkan persaingan. Strategi paling effektif untuk memenangkan persaingan ditengah daya beli yang menurun adalah dengan menjual produk pada harga jual di bawah harga umum di pasar. Agar tetap menguntungkan walaupun harga sangat rendah, maka retailer perlu mengeffisiensikan pembelian dan sistem logistiknya. Dengan demikian harga beli dan biaya-biaya yang menyertainya dapat diturunkan. Hal-hal yang dapat dilakukan diantaranya:
- Membeli lebih banyak dari lebih sedikit supplier. Strategi ini adalah implementasi dari konsep skala
ekonomi dalam rantai permintaan-penawaran. Semakin banyak membeli berarti
semakin murah harga per unitnya.
- Membeli lebih banyak dengan
mengurangi depth dari assortment. Mengelola depth dari assortment seperti
variasi merek, ukuran, warna, rasa, dan model merupakan salah satu cara
untuk meningkatkan volume pembelian yang lebih besar per item barang,
sehingga harga beli dapat lebih rendah dengan kondisi pembelian yang lebih
baik. Implementasi Category Management dan dukungan
teknologi POS dan Informasi, memegang peranan penting bagi keberhasilan
strategi ini.
- Meningkatkan volume pembelian
dengan membentuk purchasing agent atau commisary. Strategi ini
sangat cocok diterapkan bagi retailer kecil dan menengah yang volume
usahanya masih terlalu kecil untuk dapat menciptakan skala ekonomi yang
memadai. Melalui strategi ini lebih dari satu retailer akan membentuk satu
purchasing agent yang akan mewakili mereka dalam melakukan negosiasi dan
pembelian kepada distributor atau principal. Jika sebelum mebentuk
purchasing agent, dua retailer masing-masing membeli sebanyak 500.000
unit, maka setelah bergabung purchasing agent akan menegosiasikan kondisi
pembelian untuk 1.000.000 unit, sehingga berhak atas harga lebih murah dan
syarat pembayaran yang lebih baik.
- Menciptakan private label bagi produk-produk fast moving. Retailer akan mulai menghitung-hitung untung
ruginya menciptakan private label bagi produk yang fast moving seperti
minyak goreng, sabun cuci, sabun mandi, sirop dan sebagainya. Memiliki
private label berarti peluang untuk menjual harga produk lebih kompettif
dengan margin yang lebih baik dibandingkan produk bernerek ternama. ALDI
(retail chain dari Jerman) misalnya, mampu menjual rangkaian private
labelnya pada harga 30% lebih rendah dibandingkan produk bermerek dengan
kualitas yang sama.
- Meningkatkan effisiensi sistem logistik dengan cara cross docking. Cross docking artinya menciptakan satu titik
pengumpulan dari produk yang dikirimkan oleh supplier sekaligus berfungsi
sebagai titik pendistribusian (distribution center) dari produk-produk
tersebut ke seluruh jaringan yang dimiliki oleh retailer. Cross docking
sangat berbeda fungsinya dengan warehouse. Pada sistem cross docking,
produk tidak boleh menginap lebih dari 24 jam di area distribution center.
Cross docking dapat mengurangi biaya distribusi yang harus dikeluarkan
oleh satu sistem logistik. Dengan adanya cross docking para supplier akan
beroperasi dengan lebih effisien, menurunkan waktu dan jumlah antrian di
toko serta lebih menjamin keseragaman mutu.
- Meminta lebih banyak dari para supplier. Dalam
upaya meningkatkan income perusahaan, retailer akan menggenjot pendapatan
non operasional diantaranya merchandising revenue. Merchandising revenue
misalnya meliputi listing fee, space rent fee, promotion discount, rebate
dan sebagainya. Jaringan yang luas dari retailer disertai dengan bergulirnya
program private label akan meningkatkan bargaining position dari retailer
terhadap para distributor dan principal. Dengan demikian retailer lebih percaya diri untuk meminta lebih banyak
kepada para supplier dibandingkan masa sebelumnya.
Dikutip
dari SMfr@nchise : Store, Merchandise and Franchise Solutions
Tidak ada komentar:
Posting Komentar