Minggu, 15 Desember 2013

Kelas Menengah dan Geliat Sektor Konsumsi

Oleh Nadia Kusuma Dewi | Kamis, 5 Desember 2013 | 0:59

Lembaga riset AC Nielsen memperkirakan, masyarakat kelas menengah di Asia Tenggara akan tumbuh 110,5% dari 190 juta orang pada 2012 menjadi 400 juta orang pada 2020 dengan Indonesia sebagai kontributor pertumbuhan tertinggi.

Pertumbuhan masyarakat kelas menengah Indonesia dalam kurun 2012-2020 diperkirakan mencapai 174%. Hasil survei AC Nielsen menunjukkan 48% dari total belanja fast moving consumer goods (FMCG) berasal dari masyarakat kelas menengah. Sejalan dengan Nielsen, survei konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) menunjukkan indeks keyakinan konsumen (IKK) Indonesia periode Oktober 2013 mulai menguat ke level 109,5 setelah mengalami tren perlambatan selama tiga bulan terakhir pascakenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada Juni 2013 lalu.

IKK Indonesia pada Juli 2013 berada pada level 108,4, turun cukup signifikan dibandingkan posisi bulan sebelumnya sebesar 117,1. Hal tersebut mengindikasikan adanya perlambatan pertumbuhan permintaan dari sisi rumah tangga. Namun demikian, IKK tersebut masih berada pada level optimistis.

Sementara itu, survei penjualan eceran yang dilakukan BI juga menunjukkan indeks penjualan riil Oktober 2013 diperkirakan mulai naik kembali setelah dua bulan sebelumnya mengalami penurunan. Meskipun mengalami penurunan, indeks penjualan riil Agustus dan September 2013 masih lebih tinggi dibandingkan posisi Agustus dan September 2012.

Dari ketiga survei tersebut di atas tampak terlihat dengan jelas adanya kaitan erat antara jumlah kelas menengah di Indonesia yang terus tumbuh dan meningkatnya sektor konsumsi. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) memperkirakan, pada 2013 ini, omzet ritel modern diperkirakan tumbuh 10% - 11%, dengan total penjualan mencapai Rp150 triliun. Pertumbuhan sektor ritel pada 2014 diperkirakan meningkat dari tahun ini sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi domestik yang lebih baik.

Faktor lain yang diperkirakan banyak mendorong permintaan sektor ritel adalah adanya agenda nasional, yaitu hajatan Pemilu 2014. Pemilu akan memberikan dampak positif terhadap consumer spending seiring dengan meningkatnya perputaran uang masa itu. Dalam hal ini, konsumsi masyarakat cenderung meningkat sejak kuartal pertama di tahun dan sepanjang periode Pemilu 2014, kemudian melambat di kuartal berikutnya.

Tujuan Investasi Ritel AT Kearney’s Global Retail Development Index (GRDI) menempatkan Indonesia pada peringkat 19 negara berkembang untuk tujuan investasi ritel. Negara-negara Asia yang masuk dalam Top 30 GRDI, antara lain, Tiongkok (4), Malaysia (13), dan India (peringkat 14).

Menyadari besarnya potensi pasar ritel Indonesia, banyak pemain asing yang tertarik masuk dalam bisnis ini. Beberapa peritel asing yang cukup agresif berekspansi, yakni Carrefour (Prancis), Giant (Malaysia), Lotte (Korea Selatan), 7-Eleven (AS), Circle K (AS), dan Sogo (Jepang). Peritel asing diperkirakan masih akan terus membanjiri pasar Indonesia jika melihat proyeksi pertumbuhan kelas menengah dan daya beli konsumen lokal yang terus meningkat.

Dilihat dari sisi pasar modal, consumer sector juga masih dipandang menarik bagi para investor. Hal ini ditunjukkan oleh pertumbuhan indeks harga saham gabungan (IHSG) sektoral sepanjang tahun ini yang mencatat sektor industri barang konsumsi adalah yang paling tinggi di antara sektor-sektor lainnya. Per akhir November 2013, indeks harga saham sektoral untuk sektor industri barang konsumsi tumbuh sebesar 12,3% year to date (YTD), sementara IHSG malah turun 1,4%YTD.

Pertumbuhan ritel modern terutama terjadi pada format minimarket, convenience store, dan hypermarket. Shareperdagangan FMCG minimarket mengalami kenaikan tertinggi, yaitu dari 5% pada 2002 menjadi 21% pada 2011. Format minimarket, termasuk convenience store, mengalami perkembangan yang sangat pesat, didorong oleh ekspansi usaha Alfamart dan Indomaret yang menguasai sekitar 88% pangsa pasar pada format ini.

Menurut proyeksi Euromonitor, penjualan minimarket diperkirakan tumbuh rata-rata 16% per tahun pada 2013-2015. Penjualan hypermarket diperkirakan tumbuh rata-rata 15% per tahun pada 2013-2015. Carrefour masih mendominasi pasar hypermarket meskipun pangsanya mengalami penurunan dalam lima tahun terakhir, diambil oleh Hypermartdan Giant. Penjualan department store diperkirakan juga tumbuh rata-rata 15% per tahun pada 2013-2015.

Sementara itu, pangsa pasar supermarket dalam format ritel modern terus mengalami penurunan, dipengaruhi oleh beralihnya preferensi konsumen ke format ritel modern lainnya, terutama minimarket/convenience store danhypermarket.

Rencana ekspansi beberapa perusahaan ritel modern tahun 2013 cukup pesat. Hal tersebut menyebabkan persaingan usaha yang semakin ketat, baik dalam suatu format ritel maupun antarformat ritel. Persaingan juga dapat menyebabkan munculnya fenomena kanibalisme dalam industri ritel. Ekspansi dan persaingan paling ketat diperkirakan terjadi pada format minimarket. Tantangan Pasar Ritel Meskipun potensi pasar ritel masih menjanjikan, tantangan yang dihadapi sektor ini juga semakin besar.

Selain dari sisi persaingan, biaya operasional yang dihadapi peritel meningkat. Regulasi pemerintah, baik pusat maupun daerah juga semakin ketat. Biaya tenaga kerja, sewa gedung, dan listrik merupakan porsi terbesar dalam struktur biaya operasional peritel (60%-80%), dengan biaya tenaga kerja berkontribusi sekitar 30%-40% sendiri. Tarif sewa ruang ritel di kota besar seperti Jakarta mengalami kenaikan cukup signifikan pada 2013.

Demikian juga dengan service charge ruang ritel, terkait kenaikan tarif dasar listrik dan UMP. Sementara itu, persaingan yang ketat seringkali juga mendorong naiknya biaya iklan dan promosi. Untuk peritel yang menjual produk dengan import content tinggi, fluktuasi rupiah menjadi concern mengingat rupiah memang tertekan tahun ini.

Tantangan lain yakni terkait regulasi. Pada 2012 lalu, Kementerian Perdagangan merilis revisi aturan penyelenggaraan waralaba melalui Permendag No 68/M-DAG/PER/ 10/2012 tentang waralaba untuk jenis usaha toko modern. Dalam regulasi ini, pemberi waralaba dan penerima waralaba untuk jenis usaha toko modern dapat mendirikan gerai yang dimiliki dan dikelola sendiri paling banyak 150 gerai.

Para pelaku usaha dapat memahami spirit positif kebijakan tersebut. Namun demikian, beberapa pihak masih melihat adanya celah ketidakpastian yang berpotensi memengaruhi implementasi kebijakan ini di lapangan. Sebut saja, misalnya, indikasi belum terbentuknya tim penilai yang akan menentukan apakah suatu perusahaan dapat dikecualikan dari peraturan tersebut.


Nadia Kusuma Dewi
Analis industri PT Bank Mandiri
(Persero) Tbk

Ambisi Watsons Menjadi Ritel No.1 di Asia




Pembukaan “Watsons WOW Store” pada hari Kamis, 19 September 2013 di Mal Pondok Indah dan Mal Kelapa Gading ini merupakan wujud nyata komitmen Watsons, untuk menjadi perusahaan ritel yang terbaik. Khususnya untuk produk-produk kategori kecantikan dan kesehatan (Health and Beauty), di mana dengan konsep WOW ini, Watsons Indonesia di harapkan dapat meningkatkan pelayanan dan pengalaman berbelanja yang menyenangkan bagi para pelanggan.
Konsep Watsons Wow Store ini merupakan pilot project (inovasi baru) yang dijalankan Watsons Indonesia dalam pelayanannya terhadap pelanggan, dimana konsep ini juga akan diterapkan disetiap toko ritel Watsons diseluruh Indonesia.

Watsons adalah retailer produk kesehatan dan kecantikan terkemuka di Asia yang sekarang mengoperasikan 3.500 toko ritel dan 900 lebih toko ritel farmasi di pasar Asia dan Eropa, termasuk China (China, Hongkong, Taiwan dan Makau), Singapura, Thailand, Malaysia, Fhilipina, Korea, Indonesia, Turki, dan Ukraina.
Perusahaan ini merupakan bagian dari A.S Watsons Group, salah satu grup terbesar di Hong Kong dengan brand Watsons yaitu your personal store. Saat ini, di Indonesia sudah ada 25 toko dan pada akhir tahun jumlah toko menjadi 33.
Berikut hasil wawancara reporter SWA, Nidaaul Khasanah dengan Kyutae Park, Country Manager Watsons Indonesia, eksekutif berkebangsaan Korea yang lahir tahun 1971. Kyutae Park memiliki hobi berenang, menonton film, dan menghabiskan waktunya dengan 2 orang anaknya. Pria ini juga lulusan Master Business Administration di salah satu universitas di Korea.
Apa tujuan launching outlet Watson?
Tujuan dari diresmikannya Watsons ini adalah untuk meningkatkan brand awarness pada target market yang dituju, serta diharapkan dapat meningkatkan penjualan.
Apa yang menarik dari perusahaan ini?
Saya sangat tertarik di perusahaan ini. Karena spesial dalam kesehatan dan kecantikan. Biasanya konsumen yang datang wanita yang lebih tua dan menggunakan produk kami, kamu juga dapat melihat semakin banyak merek kami yang membantu para wanita yang membuat mereka lebih cantik.
Apa perbedaan dengan toko retail lainnya?
Kami selalu mencoba berkreasi suasana berbelanja dengan lebih banyak produk. Itu konsep kami. Kami akan memberikan pelayanan yang sangat baik, dibanding kompetitor lainnya.

Siapa target pasar yang dituju?
Fokus kami memang perempuan tapi juga pria yang metroseksual. Di negara lain banyak produk untuk laki-laki, di Indonesia juga ada produk-produk Watsons untuk pria.
Pabrik dari produk-produk Watsons di mana saja?
Merek kami dari seluruh dunia. Kamu dapat menemukan banyak pabrik di Korea, Thailand, China, India, Indonesia, Eropa, dan Malaysia.
Apa tanggung jawab Anda sebagai Country Manager?
Tanggung jawab saya mensukseskan pengembangan bisnis Watsons di Indonesia.
Mempunyai berapa karyawan di Indonesia?
Sejauh ini 350 karyawan. Setiap bulannya bertambah 30 orang kayawan. Kami ingin terus bertambah setiap bulan. Setiap hari menerima banyak karyawan. Saya percaya ekspensi Watsons ikut berkontribusi dalam bidang ekonomi. Saya membutuhkan lebih dari 1.000 karyawan.

Prestasi apa yang pernah didapat?
Selama ini saya hanya fokus pada bisnis. Saya adalah orang yang meningkatkan promosi.  Hal yang paling penting mendapatkan cinta dari konsumen.
Tantangan apa yang Anda alami?
Saya rasa tidak punya tantangan karena ini bukan kompetisi. Saya rasa ini proses yang natural. Kamu bisa melihat kompetisi dimana saja di dunia.
Apa suka dan duka yang pernah dialami?
Saya kebanyakan sukanya. Saya enjoy tinggal di Jakarta.
Apa rencana Anda ke depan?
Untuk sekarang market retail di Indonesia, saya memiliki rencana ekspresif yang sangat agresif. Saya akan membuka toko setiap bulan. Bulan depan kami akan membuka peluncuran toko. Di Cilegon, Cipinang Indah, dan Cibinong. Pada saat ini Watsons Indonesia telah mempunyai 25 toko retail yang tersebar di wilayah Jakarta, Tangerang, Depok, Bekasi, dan Bandung. Pada bulan September ini akan membuka satu toko retail di wilayah Cibubur. Ditahun 2013 menargetkan  lebih dari 33 tahun 2014 akan nambah 30 toko retail dan masih akan terus bertambah. Saya ingin lebih 200 toko untuk 3-4 tahun ke depan.
Apa ambisi Anda ke depan?
Ambisi saya adalah Watsons menjadi market retail no 1 di Asia. Seperti halnya di China Maalysia, Singapura, dan Thailand, ketika kita kesana kita menemukan Watsons. (Nidaaul Khasanah)

Ajang Pameran Ritel Terbesar Digelar di Jerman



Sektor ritel merupakan salah satu bisnis yang  masih sangat menarik untuk terus maju. Tapi rupanya bisnis ritel secara global menghadapi tantangan besar karena adanya perubahan perlikau konsumen. Tak bisa dipungkuri konsumen yang semakin cerdas dan melek terhadap teknologi menjadi suatu tantangan tersedendiri bagi pemain bisnis ritel. Terlebih lagi dengan bertamabahnya bisnis e-commerce di Indonesia.
Press Conference EuroShop 2014
Seperti yang diungkapakan oleh Pudjianto, Ketua Umum Aprindo, dalam 5 tahun terakhir terdapat pertumbuhan yang baik, bahkan untuk FMCG dalam 5 tahun kebelakang selalu mengalami pertumbuhan doubel digit. “Ini didorong dengan perekonomian Indonesia yang terbilang masih bagus dan mungkin saja dalam lima tahun ke depan e-commerce akan juga ikut bertumbuh,” ujarnya.
Perubahan perlikau konsumen ini bisa disiasati dengan membuat desain toko yang lebih atraktif. Para pelaku industri retail dapat memanfaatkan event besar EurosShop yang akan diadakan tahun depan di Duesseldorf, Jerman. Perubahan perilaku membeli para konsumen dan meningkatnya kepentingan secara online menghadirkan konsekuensi yang luar biasa pada desain tempat jual produk ritel.
“Pada banyak sektor di masa depan pembeli akan memcari kelebihan apa membeli produk langsung di tokonya. Pada saat yang bersamaan, konsultasim pelayanan, dan interaksi langsung dengan konsumen menjadi pembeda penting dari membeli barang melalui situs online,” jelas Ulrich Spaan, SCP EHI Retail Institute Cologne, Germany.
Pameran yang akan digelar tahun depan depan pelaku ritel dapat melihat dan mencoba berbagai teknologi yang dapat meningkatkan nilai pada toko. Sehingga pembeli tetap tertarik untuk belanja langsung ke toko. EuroShop tahun depan akan dilangsungkan di ruang pameran seluas 110775 m2 yang tentu saja akan membawa lebih banyak exhibitor di bidang ritel.
Direktur PT Wahana Kemalaniaga sebagai representative dari Dusseldorf and Brno Trade Fairs, Rini Sumardi menyamapikan tahun depan ada satu exhibitor berasal dari Jakarta. Selain itu ia juga menambahkan menargetkan lebih dari 100 pengunjung akan ikut dalam eksebisi ini. EuroShop tahun depan juga akan diselenggarakan secara bersamaan dengan Retail Design Conference.
“EuroShop 2014 adalah tempat di mana konsep desain toko dapat dibahas dalam dialog langsung, di mana solusi ritel dapat dirasakann lebih dekat,” jelas Elke Moebius, Director EuroShop, Messe Dusseldorf GmbH, penyelenggara EuroShop. (EVA)

Survei Kantar Worldpanel: 49,8% Konsumen Split Loyal terhadap Produk FMCG

Posted on December 6, 2013 by Darandono


Kenaikan harga BBM dan melemahnya nilai rupiah terhadap dolar AS berdampak terhadap kinerja industri  fast moving consumer goods (FMCG). Apalagi hal ini diikuti pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini diperkirakan hanya menyentuh 5,7% dan di bawah target 6%, akan berdampak terhadap seluruh industri. Salah satunya adalah industri FMCG.

Berdasarkan survei yang dilakukan perusahaan riset Kantar Worldpanel terhadap 7 ribu rumah tangga untuk 70 kategori produk FMCG (produk makanan ataupun non-makanan) setiap minggu di Indonesia, tentang tren perilaku konsumen Indonesia, ternyata ada empat tipe loyalitas pelanggan di Indonesia, yakni 100% Loyals, Shifting Loyals (loyalitas di antara dua pilihan merek), Split Loyals, dan Switcher (yang suka gonta-ganti merek).
“Sebanyak 49,8% konsumen Indonesia masuk ke dalam golongan Split Loyal. Sisanya tipe Loyals (20,7%), Shifting Loyals (18,2%) dan Switchers (11,3%),” kata  Andrew Foster,  Expert Service Director, Regional Centre of Excellence Kantar WorldPanel Asia.
Untuk produk mie instan  misalnya, tipe pelanggan Split Loyals justru mendominasi, dengan angka 76,1%, sedangkan  Switchers 19,4%, Shifting Loyals 2,5%, dan 100% loyals hanya 2,1%. Begitu juga untuk kategori kopi instan, tipe Split Loyals dan Switchers sangat mendominasi. Split Loyals mencapai 50,2% dan Switchers mencapai 44,9%. Sisanya, Shifting Loyals 3% dan 100% Loyals yang hanya 1,9%.
Sedangkan untuk kategori susu bubuk pertumbuhan, 100% Loyals mencapai 39,6%,  Split Loyals mencapai 35,9%, dan Shifting Loyals sekitar  23,6%. Angka tersebut berbeda dengan kategori susu kental, yang justru jumlah Split Loyals-nya mencapai 50,8%. Sedangkan untuk katagori laundry detergent, pelanggan terbanyak datang dari mereka yang Split Loyals, mencapai 70%, begitu juga untuk katagori pasta gigi, Split Loyals mencapai 47,6%, dan 100% Loyals mencapai 31,6%, dan Shifting Loyals mencapai 20,5%.
Diakui Fabrice Carrasco, Managing Director Indonesia-Vietnam-Philippines Kantar WorldPanel (KWP), sebagian besar masyarakat Indonesia memiliki perilaku konsumtif dan menyukai barang-barang baru. Bahkan rela untuk menghabiskan sebagian pendapatan mereka untuk membeli produk baru yang sedang tren. “Di negara lain hanya ditopang kinerja ekspor maupun belanja pemerintah namun di Indonesia pada konsumsi domestik. Saya menyarankan pemerintah terus menjaga pertumbuhan konsumsi agar tidak mengalami penurunan,” tambahnya.
Lim Soon Lee, GM Kantar Worldpanel Indonesia,  menambahkan kenaikan harga BBM beberapa waktu lalu membuat beban pengeluaran rumah tangga di Indonesia menjadi bertambah. Hal ini memberikan pengaruh terhadap pembelanjaan mereka pada produk-produk FMCG seperti makanan, minuman, perawatan tubuh, dan perawatan rumah tangga. Namun konsumsi domestik tidak anjlok pertumbuhannya karena pemerintah sudah memberikan program kompensasi. Tapi, kenyataannya, konsumen Indonesia hampir selalu bisa beradaptasi dalam keadaan sulit. “Beberapa brand baru produk FMCG justru mengalami kenaikan yang signifikan setelah pertama kali dilaunching di pasaran,” ujar Soon Lee.
Menurut Nadya Ardianti, Account Director Kantar Worldpanel Indonesia, di tengah ramainya perusahaan-perusahaan FMCG menawarkan produk dengan ukuran kecil (sachet), produk kemasan besar menawarkan potensi yang besar dalam meningkatkan tingkat konsumsi konsumen Indonesia. Produk dalam kemasan sachet memang belum bisa digantikan peranannya, khususnya dalam menarik konsumen baru agar mencoba suatu brand. Namun, para pelaku bisnis FMCG mau tidak mau harus keluar dari bayang-bayang kemasan sachet untuk dapat meningkatkan tingkat konsumsi dari konsumen di Indonesia. (EVA)

PENGAMAT PREDIKSI PERTUMBUHAN EKONOMI 2014 ENAM PERSEN


Oleh Cipto - Rubrik Ekonomi Bisnis
05 September 2013 10:01:00 WIB
WE.CO.ID - Pengamat ekonomi Hendri Saparini memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2014 sebesar enam persen, hampir sama dengan pemerintah yang telah merevisi ke bawah asumsi pertumbuhan ekonomi dari 6,4 persen menjadi 5,9-6,1 persen.

"Pertumbuhan ekonomi 2014 tidak akan jauh dari pertumbuhan ekonomi 2013, sekitar enam persen," ujar Hendri saat rapat dengar pendapat umum dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR RI di Jakarta, Rabu (4/9/2013).

Menurut Hendri, kondisi eksternal masih akan berpengaruh terhadap perekonomian di Tanah Air pada 2014 namun diperkirakan akan relatif lebih baik dibandingkan kondisi ekonomi 2013.

"Pada saat Amerika mengurangi stimulusnya akan berdampak bagi indonesia baik di sektor keuangan maupun non keuangan," kata Hendri.

Ia menambahkan, kondisi ekonomi di beberapa negara tujuan ekspor Indonesia juga akan mengalami perbaikan sehingga terdapat peluang untuk meningkatkan kembali ekspor.

"Sayang China dan Jepang tidak akan ada peningkatan yang signifikan padahal ekspor kita lebih dari 50 persen ke sana," ujarnya.

Namun Hendri menuturkan, kendati nanti sejumlah negara tujuan ekspor Indonesia mengalami perbaikan namun umumnya permintaan yang dibutuhkan negara-negara tersebut yakni barang jadi, sementara Indonesia sebagian besar mengekspor bahan baku dan energi.

"Ekspor kita 60-70 persen itu energi dan bahan baku. Kalau mau mendorong ekspor apakah ada pasar baru. Berbeda dengan China yang 90 persen ekspornya barang jadi," kata Hendri. (Ant)

Redaksi

World Bank: Ekonomi Indonesia 2014 akan melemah

PREDIKSI EKONOMI
Oleh Margareta Engge Kharismawati - Jumat, 04 Oktober 2013 | 11:24 WIB


JAKARTA. World Bank atawa Bank Dunia melihat pasar internasional masih akan tetap bergejolak meskipun perekonomian beberapa negara maju mulai pulih. Karenanya, Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2014 mengalami pelemahan ke 5,3%.

Asal tahu saja, pemerintah dan Badan Anggaran (Banggar) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI menyepakati pertumbuhan ekonomi tahun depan di level 6%.

"Kepercayaan investor di Indonesia kini tengah diuji, meskipun besarnya pasar domestik dan potensi yang dimiliki negara ini masih sangat atraktif," ujar Jim Brumby, Ekonom Utama Bank Dunia di Jakarta, Jumat (4/10).

Tahun depan Indonesia masih mengalami risiko-risiko dalam negeri yang bersumber dari kenaikan harga, suku bunga yang lebih tinggi, dan dampak negatif harga saham terhadap kegiatan investasi.

Perlambatan ini memang dibebani oleh dampak kumulatif pelemahan harga-harga komoditas utama yang telah berlangsung sejak tahun 2011.

Namun, apabila ada perkembangan positif dari ekonomi China di tahun depan, kemungkinan dapat meningkatkan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Asalkan Indonesia dapat memanfaatkan kesempatan menguatnya perdagangan global dan pergerakan investasi," tandas Jim.

Defisit neraca perdagangan sendiri diproyeksi Bank Dunia berada di level 2,6% dari PDB pada 2014.

Adapun untuk tahun 2013 ini, Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,6%. Prediksi ini lebih rendah dibanding proyeksi ADB yang mengatakan Indonesia di tahun ini tumbuh 5,7%.


Transaksi Kartu Debit Diyakini Bakal Salip Kartu Kredit

Penulis :
Sakina Rakhma Diah Setiawan
Sabtu, 14 Desember 2013 | 14:31 WIB
ilustrasi/kompas


BOGOR, KOMPAS.com — Pertumbuhan transaksi masyarakat, khususnya belanja, dengan menggunakan kartu debit diyakini oleh perbankan akan lebih banyak dibandingkan kartu kredit. GM Product Management Division Consumer and Retail Banking PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Dodit W Probojakti mengatakan, selama ini banyak masyarakat Indonesia yang mengetahui kartu debit hanya berfungsi untuk tarik tunai. Padahal, ada manfaat lebih yang ditawarkan. 

"Orang Indonesia lebih banyak pakai kartu kredit untuk belanja. Mereka masih lebih senang pakai kartu kredit. Fenomena ini akan terbalik. Kartu debit tidak hanya untuk mengambil tunai, tapi bisa juga untuk belanja," kata Dodit dalam BNI Media Gathering di Bogor, Jumat (13/12/2013) malam. 

Menurut Dodit, kartu debit mengalami pertumbuhan yang signifikan. Pertumbuhannya mencapai 31 persen. Adapun volume transaksinya mencapai Rp 145,7 triliun secara nasional. 

Untuk perseroan sendiri, kata Dodit, kartu debit BNI memperoleh market share sebesar 4,5 persen. Perbankan di Indonesia yang memiliki fasilitas kartu debit sebanyak 55 bank. Dengan jumlah itu, ia mengatakan market share juga tetap sekitar 3 persen. 

"Pertumbuhan kita 43,3 persen, di atas industri yang 37 persen," ujarnya. 

"Transaksi kartu debit akan mengalahkan kartu kredit. Debit is the new credit in Indonesiakarena pertumbuhannya luar biasa. Tiga sampai 4 tahun lagi akan kesalip. Jumlah transaksinya dalam setahun mencapai 243 juta," tambahnya.
Editor : Caroline Damanik